Halaman

Rabu, 12 Desember 2012

Xeroderma Pigmentosum




Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisma hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Istilah mutasi pertama kali dipergunakan oleh Hugo de vries, untuk mengemukakan adanya perubahan fenotip yang mendadak pada bunga Oenothera Lamarckiana dan bersifat menurun. Ternyata perubahan tersebut terjadi karena adanya penyimpangan dari kromosomnya. Seth wright juga melaporkan peristiwa mutasi pada domba jenis Ancon yang berkaki pendek dan bersifat menurun.
Contoh mutasi kromosom (aberasi) adalah penyakit Xeroderma pigmentosum. Yaitu merupakan penyakit herediter yang mengakibatkan kerusakan pada gen DNA yang bertangung jawab memperbaiki kerusakan sel yang diakibatkan oleh sinar ultraviolet, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker pada kulit setelah terpapar sinar matahari. Pengidap penyakit ini biasanya sangat sensitif pada cahaya matahari (photosensitive), mengalami pembentukan kulit yang tidak matang, dan cenderung mendapat kanker kulit.
Etiologi xeroderma pigmentosum ialah adanya mutasi genetik terhadap gen yang berperan terhadap jalur Nucleotide Excision Repair (NER), yang merupakan jalur perbaikan bagi DNA yang rusak. XP dibawa oleh autosom resesif. Gen pembawa sifat ini terletak pada kromosom 3p25, 9q22.3, 11p12-p11 dan 19q13.2-q13.3. Penyakit ini bersifat genetik, tidak menular, melainkan menurun dari orangtua kepada anak. Namun, ini tidak berarti penderita XP pasti orangtuanya juga menderita XP. Karena XP dibawa oleh autosom resesif.

PATOFISIOLOGI
Sinar UV terdiri daripada UVA, UVB, UVC. Sinar UV dapat memberikan efek buruk terhadap kulit. Di antaranya adalah menghambat defisi sel, inaktivasi enzim, menggalakkan mutasi, dan menyebabkan kematian sel. Sinar UV yang paling membahayakan manusia sehingga dapat merusakkan kulit biasanya disebabkan oleh UVB. UVB menyebabkan terbentuknya pyrimidine dimer pada DNA. Dalam keadaan normal, kerusakan DNA ini akan diperbaiki oleh jalur NER (Nucleotide Excision Repair) dengan cara:
  1. Pengenalan terhadap lesi pada DNA
  2. Pemotongan ikatan pada kawasan yang rusak
  3. Pembuangan nucleotide yang rusak
  4. Sintesis nucleotide yang baru dan ikatannya.
Pada mamalia, proses ini melibatkan 30 protein atau lebih. Pada xeroderma pigmentosum, kelainan terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan DNA yang disebabkan oleh sinar UV. Hal ini disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada jalur Nucleotide Excision Repair (NER) (Maher et al., 1976; Wang et al., 1991, 1993; Misra and Vos, 1993; Waters et al., 1993),
Kedua orangtua yang menjadi pembawa gen akan diteruskan kepada anak-anak mereka yang masing-masing memiliki kesempatan ¼ tertular penyakit. Xeroderma pigmentosum dikategorikan ke dalam 8 jenis, yaitu XP-A sampai XP-G dan XP-V (Friedberg et al., 1995).  Semua jenis tersebut menimbulkan gejala-gejala yang sama, Gejalanya antara lain:
  1. Timbulnya bintik-bintik pigmen yang multiple dan lesi atrofi yang lebih besar
  2. Kulit sangat mudah menjadi hitam setelah terpapar cahaya matahari
  3. Timbulnya freckles (bercak pigmen kecil pada kulit) pada usia muda
  4. Kulit menjadi tipis
  5. Kulit menjadi sangat kering
  6. Solar keratoses dan kanker kulit
  7. Mata sangat sakit dan sensitif pada cahaya (photosensitive)
  8. Pada paparan dengan pancaran metahari yang sedikit, dapat juga menyebabkan blister dan freckles
  9. Pematangan kulit, bibir, mata, mulut dan lidah yang prematur.
Diagnosis xeroderma pigmentosum dapat ditegakkan sejak tanda/gejala mulai terlihat, yakni pada usia sekitar 1-2 tahun. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan urin untuk mengetahui kandungan faktor perbaikan DNA yang terdapat di dalam tubuh.
Biasanya pasien dengan xeroderma pigmentosum akan meninggal di usia muda akibat kanker kulit. Tetapi, jika pasien tersebut didiagnosis lebih awal, tidak menderita gejala-gejala neurologis yang berbahaya, dan mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap paparan sinar matahari, kemungkinan harapan hidupnya akan lebih tinggi. Pada umumnya penderita XP (xenoderma pigmentosum) 60% hanya hidup sampai usia 20 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar